Senin, 23 Maret 2009

Ini tentang cerita masa kecilku…

Waktu itu saya baru duduk dikelas 5 SD, sejak kecil saya suka sekali bersepeda, karena banyak kawan-kawan yang hobi mengayuh sepeda sehingga pikiran pun bisa merasa segar sekaligus sebagai olah raga yang menyenangkan pada masa kecilku dulu. Saya bersepeda kesana kemari, bersama teman-teman saya menjajaki desa, perbukitan, bahkan sampai ke hutan yang jalannya tidak menentu. Pernah kami bertiga dari rumah masing-masing bersepeda santai dan kami pun bertemu dijalan, ketika itu kami sempat ngobrol sedikit dan akhirnya kami menentukan bersepeda santai tanpa tujuan. Kami terus berjalan dengan mengayuh sepeda masing-masing, dan salah satu diantara teman saya memutuskan untuk melewati hutan (dalam bahasa jawa : Alas) yang ditumbuhi beberapa pohon besar walaupun luasnya agak kecil dan persawahan yang jalannya hanya setapak karena rumah mereka dekat jika melewati jalan tersebut. Memang desa kami dikelilingi banyak hutan dan persawahan, mulai dari sebelah timur yang sekarang telah didirikan sebuah pesantren salaf yang bernama“AL-KHIDMAH” dan akan dibangun Masjid untuk acara-acara tertentu. Di sebelah barat ada hutan-hutan yang terkenal angkernya sampai ke penjuru kota, menurut mitos dahulu disana banyak penunggu-penunggu semacam makhluk halus. Pernah ada peritiwa, pada waktu itu tanggal 09-09-1999 hampir pukul 08.00 WIB terjadi kecelakaan terbesar pertama di desa kami karena memang banyak orang yang meramalkan terjadinya bencana pada masa itu. Dan didesa kami itu terjadi kecelakaan bus yang menewaskan dua orang penumpang, salah satunya adalah seorang kondektur, karena bus tersebut kebanyakan penumpang akhirnya bus tersebut tergelempang ke samping kiri dan salah seorang kondektur tertindih angkota kota yang bermuatan banyak tersebut dan tidak bisa menyelamatkan diri sampai nyawanya tidak bisa tertolong. Ya hutan tersebut sangat dikenal orang-orang dengan nama SIGAR BENCAH .

. . . . . . . . .

Jalan yang penuh dengan lubang bahkan akar pohon yang besar telah kami lewati dengan susah payah, walau ditengah jalan saya hampir putus asa dan sangat cemas apakah akan sampai melewati hutan itu belum lagi persawahan yang jalannya membuat jantung berdebar karena lekukan yang tajam dan hanya setapak. Sesampai disitu kami masih menyeberangi sungai yang tidak begitu deras airnya. Merasa sangat lega pastinya sebab sungai yang menjadi perbatasan antara hutan dan persawahan dengan desa kami telah terlewati juga. Alhamdulillah, tidak ada yang kurang sedikitpun akhirnya kami sampai di rumah masing-masing.

Itulah salah satu pengalaman masa kecil saya yang tak terlupakan ketika saya masih dapat mengayuh sepeda. Dan ketika tangan dan kaki saya mengalami stroke ringan (walau masih dapat digerakkan sedikit-sedikit), saya tidak dapat lagi bersepeda santai dengan teman-teman bahkan sampai sekarang saya belum pernah menyetir kendaraan apapun selama belasan tahun.

Awalnya saya jatuh dari sepeda berulang kali, kira-kira sebualan kemudian saya sakit deman biasa dengan panas tidak terlalu tinggi selama dua hari lamanya dan beberapa hari kemudian setelah sembuh, saya diajak rekreasi oleh Ibu saya ke Borobudur dengan menaiki Bus Pariwisata. Ketika saya menaiki tangga bus, kaki kanan saya agak berat. “Ini tidak seperti biasa, sungguh aneh”, gumamku dalam hati. “Apakah kaki saya sakit..?”, saya bertanya-tanya dalam hati.

Inilah ketika gejala awal saya mengalami stroke ringan, kaki agak berat jika mengangkatnya jadi jika saya berjalan kaki saya seret dan jalannya agak terlalu lambat. Hingga saya dibawa ke RS Karyadi Semarang dan saya menginap disana selama seminggu, hari demi hari saya lewati disana saya, sedih ketika melihat ayah saya mondar-mandir bolak-balik dari rumah ke RS tiap hari hingga beliau tak konsen lagi dengan pekerjaannya, saya kasihan melihat ayah saya sibuk seperti itu, tak terasa air mata menetes tiap kali melihat ayah saya datang menjenguk, itu membuat beliau tak berlama-lama disana saat melihat saya menangis. Beberapa kali saya disinar-X dan terakhir dokter menyarankan agar saya dioperasi otak belakangnya, ayah saya disuruh menandatangani perjanjian operasi itu tapi beliau tidak setuju, akhirnya saya dibawa pulang dengan tidak disetujui oleh dokter-dokter yang menangani saya, tetapi ayah saya tetap ngotot agar saya segera dipulangkan.

Singkat cerita suatu ketika saat menerima pelajaran di sekolah, tangan kanan saya mengalami kesemutan yang sangat luar biasa, dari kaki ke tangan kesemutan itu membuat saya tidak berdaya, tangan saya yang masih memegangi bolpoin jatuh seketika tanpa disadari, ingin rasanya berteriak kesakitan tapi itu tidak mungkin karena masih didalam kelas, akhirnya selama kurang lebih lima menit rasa sakit itu berangsur-angsur hilang. Dan saat itu pula tangan kanan saya menjadi lemah lunglai, tidak bisa memegangi bolpoin lagi dan saya hanya bisa mendengarkan bapak guru ketika menerangkan pelajaran. Saya sudah diobatkan kemana-mana hingga mencapai hampir 100 tempat lebih, dari pijat syaraf, kedokteran, Shinse, Akupuntur hingga Alternatif sudah saya jalani. Namun belum juga membuahkan hasil. Tetapi dalam hati saya yakin suatu saat pasti aku akan kembali seperti sedia kala...

Dan inilah yang membuat saya berpikir, ada hikmah apa dibalik semua ini. Mungkin Tuhan ingin menyelamatkanku dari kerusakan-kerusakan dunia, dari beberapa kenakalan remaja yang sudah merajalela sampai saat ini seperti sex bebas, naskoba, miras, tawuran antar remaja, dan lain sebagainya. Mungkin Tuhan ingin menjaga saya dari dosa-dosa besar tersebut, dan Berkat Rahmat dan Hidayah-Nya saya tidak pernah melakukan hal-hal itu.

Tapi disisi lain saya yang menjadi satu-satunya pengganti Ayah saya dari empat bersaudara, karena anak laki-laki hanyalah saya ini kadang membuat saya merasa mengemban tanggung jawab yang sangat besar. Lalu saya berandai-andai alangkah baiknya andai saya sehat, saya dapat mebantu bekerja menggantikan ayah saya lalu beliau dapat beristirahat di rumah menikmati hari-hari tuanya yang usianya yang sudah mencapai kepala lima. Juga dapat mengantarkan Ibu jika ingin belanja ke pasar, dan melakukan hal-hal yang baik lainnya.

Itulah sebagian hal yang menjadi pemicu semangat saya untuk sembuh, agar dapat sepenuhnya membantu kedua orang tua saya. Untuk itu saya mohon bantuannya teman-teman, para pembaca bagaimana yang harus saya perbuat selama dalam kondisi seperti ini?lebih-lebih mau bertukar pengalaman dengan saya...

Jumat, 06 Maret 2009

Ten Secrets of Success in Business Event Marketing

Business marketers spend more than $20 billion annually on tradeshow marketing, and another $15 billion on proprietary corporate events, such as client conferences and road shows. But most business marketers are unclear about what value they are getting from their investment.
The best value results from a combination of careful planning, dedication to measurement and—above all—a strategic focus. First and foremost, you must consider the fundamental principles that drive successful business event marketing—boiled down here to 10 essentials:

1. Business events are a hybrid sales and marketing activity

They combine elements of selling, lead generation, public relations, research, brand awareness building and account penetration, to name a few. In fact, among marketing activities, business events are about as close to sales as you can get. You might say they are akin to a sales call combined with an ad and PR campaign. If you think of them as simply "sales" or simply "marketing," you'll lose some of the leverage available to you.

2. Business events must be an integral part of the marketing mix

Consider them within the larger context of the entire go-to-market strategy. When seen as mere tactics, something "we do every year because we always have," they will quickly devolve from an investment into an expense. Marketers must consider the entire marketing mix—the annual program—and fit in the business event opportunity where it will drive the best result. In many cases, a business event is not the right lever to meet the business objective.

3. Targeting is everything

A great business event is only as great as the visitors it attracts and their value as customers and prospects. At a tradeshow, a fabulous booth is useless in front of the wrong people. So, tradeshow selection deserves your attention and your discipline. When you plan your participation at a business event, design your activities to attract the real potential buyers and minimize the non-prospects. Be very clear about whom you want to meet and what conversations you want to have.

4. Set clear, specific objectives

Plan—and fund—the metrics by which you will measure your results. This should go without saying, but business events have been managed with less than due diligence in this area. As a result, business events as a whole have developed an undeserved reputation for being "difficult to measure." They are no more difficult than any other marketing activity. Events can, and must be, measured.

5. Don't ask a business event to deliver on its weaknesses

Tradeshows, for example, tend to be inefficient venues for generating awareness. They are an expensive way to build a mailing list. If those are your objectives, you will find other, more compelling options in the business marketing toolkit. Nor are business events effective opportunities to keep up with the Joneses. If your competitors at a show have fancier booths, a bigger footprint or splashier sponsorships, you can congratulate yourself. You are probably driving better business results than they, with your focused, targeted and measurable business event marketing activities.

6. The business event itself is only a few days in the midst of a larger, multi-month program

It's the tip of the iceberg—it's what you see, but it's only a minor part of business event marketing. Some companies think that if they pull together a booth and show up at the tradeshow, they are all set. Keep in mind that you are conducting an end-to-end marketing campaign, with the business event itself as a part of the overall campaign.

7. Promote your business event

At a tradeshow, you cannot simply rely on show management to get you all the possible business opportunities at the show. Pre-show promotions are perhaps the greatest under-leveraged opportunity in tradeshow marketing today. This is where the right targets are identified, and attracted to meet with you face to face. For corporate events, promotions are required to drive attendance in the first place.

8. Capture and follow up on your business event contacts

Post-event is where the real revenue-driving business is done. At a tradeshow, go for the quality, versus the quantity, of contacts. Lead capture and management is a process; it simply requires attention and diligence. If you don't have a lead management process in place at your company, stop now. Go build one before you invest another dollar in business event marketing.

9. It's all about people

If business events are an efficient face-to-face medium, then the leverage to be gained is in the people involved on both sides of the interaction. Success is about targeting the right audience and persuading them—and only them—to interact with you at the business event. It's equally about selecting, training and motivating a strong staff to interact with them.

10. The business event serves business goals

Don't neglect the forest for the trees. Managing events is an extremely complicated activity, what with the glamorous exhibit and the fun hospitality on the one hand, and the rigors of the logistics and the myriad details on the other. But these activities are simply the trees—they are a means to an end. The forest lies in the business result and the planning that drives it. If you are paying attention to the trees alone, you miss the true power event marketing.